Free Cursors

Kamis, 05 Februari 2009

Rindu Pada Kamera ku


Diambil dari catatanku :
Kamis, 18 Desember 2008
Meski kamera itu sudah tua dan jelek :)


~~

Setelah membaca buku Meutya Hafid, "168 Jam Dalam Sandera (Memoar Jurnalis Indonesia Yang Disandera Di Irak)" untuk sebentar meninggalkan pengerjaan Analisis Sistem Tugas Akhir saya. Entah kenapa tiba-tiba rasa rindu pada kamera ku menyeruak, kamera yang dulu biasanya aku buat mengambil gambar untuk pembuatan film pendek. Kurang lebih empat tahun yang lalu. Masa-masa ketika saya begitu bersemangat mengambil gambar, membuat skenario dan menjadikannya film-film pendek.

Masa ketika saya masih berseragam putih abu-abu dan mendapatkan kabar dari panitia bahwa film pendek yang saya buat masuk nominasi, membuat hari saya waktu itu rasanya indah sekali...=) Saya jadi tersenyum sepanjang hari. Meskipun tidak diberangkatkan untuk ke Gala Awards Night di Melbourne, saat itu saya sudah puas membayangkan orang-orang yang ada disana. Film saya ditayangkan di Capital Theater Melbourne dan disaksikan banyak orang pada saat Gala malam itu. Kemudian film tersebut "berputar" ke beberapa negara, waktu itu saya sudah cukup puas.

Mengenang ketika susahnya mengambil gambar di dalam kereta api, mencari lokasi dan kadang-kadang "menyenangkan" juga melihat wajah panitia yang terkadang tidak menyangka bahwa yang memegang kamera adalah perempuan. Belum apa-apa saya sudah bangga duluan..., padahal sekarang juga banyak perempuan yang "mengambil" gambar.

Selain rindu pada kamera, saya juga rindu menulis essai namun karena susahnya membagi konsentrasi, sekarang yang saya tulis adalah bahasa pemrograman. Sungguh tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya, jalan hidup begitu berbeda. Kadang mata saya berkaca-kaca karena hal ini tapi saya tidak tahu pasti apa yang membuat saya sedih, mungkin karena sudah sekitar empat tahun saya berusaha mencintai apa yang saya kerjakan saat ini sebagai mahasiswi teknik informatika. Yang tentunya jauh berbeda dengan apa yang biasa saya lakukan empat tahun yang lalu.

Masa ketika beradaptasi dengan perkuliahan, ketika mencoba bekerja sambil kuliah ketika semester 6. Bekerja di kantor Hubungan Internasional dengan jam masuk kantor minimum 80 jam dalam 1 bulan, untuk ukuran part time cukup membuat berat badan saya sempat turun dan sering kali kuliah dengan wajah pucat karena kecapekan. Karena terkadang kuliah di pagi hari, siangnya ke kantor dan sore kuliah lagi. Besok paginya berangkat ke kantor dan siang kuliah lalu kembali lagi ke kantor. Begitu seterusnya selama satu semester.

Hikmah dan pelajaran harus dibayar dengan waktu dan tenaga, hal itu benar-benar nyata adanya. Dari pengalaman tersebut dan kontrak kerja telah habis, saya tidak lagi memikirkan bekerja part time di kantor dan akhirnya mempelajari on-line business yang saat ini sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Alhamdulillah, meskipun mempelajarinya kadang tidak tidur setidaknya sudah ada pemetaan pikiran. Yang terpenting dari berbisnis adalah hal tersebut halal, tentu tidak ada yang mau kelak memakan api neraka. Tidak rela jika makanan yang tidak halal masuk ke tubuh dan menjadi darah daging kita.

Kalaupun penghasilan masih sedikit, itu seharusnya tidak menjadi alasan. Namun merupakan hikmah agar lebih banyak belajar dan bekerja lebih keras.

Seharusnya saya banyak bersyukur...Semua pasti ada masanya, ada saatnya dan sekarang masih banyak yang harus diselesaikan. Mungkin ini ujian dari Allah supaya saya banyak bersabar. Bismillah..., siapa yang tidak ingin kelak disapa oleh malaikat 'Salamun 'alaikum bima shabartum'.

Seperti yang dikatakan Al-Fudhail bin Iyadh yang pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya."Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu?"

Sebagian orang Salaf yang shalih berkata :"Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya".

Dan kalaupun saya rindu menulis essai, bukankah ini juga merupakan menulis ringan =)
Walaupun tidak bisa dikatakan sebagai tulisan dengan T besar.


Tidak ada komentar: